Marak nya isu-isu partai baru sering sekali kita dengar. Memang perlu dipertanyakan latar belakang terbentuknya suatu partai.
Beberapa hari yang lalu KPU telah mengesahkan 34 Partai Politik yang akan meramaikan pentas demokrasi Indonesia pada Pemilu 2009. Respon dari masyarakat pun berbeda-beda sehubungan dengan tanggapannya atas partai-partai politik baru yang terbentuk. Tetapi ada suatu kejanggalan umum yang ditampilkan oleh partai-partai tersebut. Dimana, pemimpin atau pun pembentuk parti baru tersebut sebagian besar merupakan orang-orang politisi yang pernah berada dipartai yang lama. Apa gerangan yang membuat mereka keluar dari partai politik yang lama dan membentuk partai politik yang baru.
Pertanyaan-pertanyaan ini yang sering sekali hinggap dipikiran sebagian masyarakat indonesia yang peduli dengan bangsa ini.
Ada indikasi bahwa tujuan pembentukan partai baru adalah atas dasar kekuasaan. Indikasi inilah yang paling laris disetiap pemikir-pemikir bangsa.
Mungkin, Mereka yang membentuk partai baru mungkin merasa kepentingan-kepentingannya tidak dapat terpenuhi di partai politik yang pernah mereka tunggangi. Sehingga untuk dapat memenuhi tujuan nya, mereka masuk kepartai politik yang lain. Atau juga membentuk partai lain yang dapat dijadikan kendaraan untuk memenuhi tujuannya.
Mungkin layak untuk disebut, bahwa partai-partai politik baru yang terbentuk, sebagian besar merupakan barisan sakit hati.
Apakah ini model-model partai politik kita yang pantas untuk kita jadikan pemimpin.
Setahu saya, partai politik terbentuk karena kesamaan visi dan misi, sehinga visi dan misi tersebut dapat diperjuangkan melalui partai politik tersebut. Apakah karena suatu kepentingan tertentu, visi dan misi didalam organisasi juga berubah cepat.
Inikah kedewasaan para pemimpin partai politik kita, yang tidak puas dengan satu partai lantas meninggalkan partai tersebut. Bagaimana pemimpin-pemimpin bangsa ini nantinya akan dewasa secara politik untuk demokrasi jika partai politik yang dipercaya bangsa ini sebagai penyeleksi para pemimpin yang layak untuk memimpin bangsa ini saja tidak dapat menjalankan peranya sebagai mesin demokrasi tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya...
Mungkin, sampai kapan pun kita tidak akan dewasa secara politik jika orang-orang dipartai politik sendiri tidak dewasa didalam memainkan peranannya didalam partai politik.
Beberapa hari yang lalu KPU telah mengesahkan 34 Partai Politik yang akan meramaikan pentas demokrasi Indonesia pada Pemilu 2009. Respon dari masyarakat pun berbeda-beda sehubungan dengan tanggapannya atas partai-partai politik baru yang terbentuk. Tetapi ada suatu kejanggalan umum yang ditampilkan oleh partai-partai tersebut. Dimana, pemimpin atau pun pembentuk parti baru tersebut sebagian besar merupakan orang-orang politisi yang pernah berada dipartai yang lama. Apa gerangan yang membuat mereka keluar dari partai politik yang lama dan membentuk partai politik yang baru.
Pertanyaan-pertanyaan ini yang sering sekali hinggap dipikiran sebagian masyarakat indonesia yang peduli dengan bangsa ini.
Ada indikasi bahwa tujuan pembentukan partai baru adalah atas dasar kekuasaan. Indikasi inilah yang paling laris disetiap pemikir-pemikir bangsa.
Mungkin, Mereka yang membentuk partai baru mungkin merasa kepentingan-kepentingannya tidak dapat terpenuhi di partai politik yang pernah mereka tunggangi. Sehingga untuk dapat memenuhi tujuan nya, mereka masuk kepartai politik yang lain. Atau juga membentuk partai lain yang dapat dijadikan kendaraan untuk memenuhi tujuannya.
Mungkin layak untuk disebut, bahwa partai-partai politik baru yang terbentuk, sebagian besar merupakan barisan sakit hati.
Apakah ini model-model partai politik kita yang pantas untuk kita jadikan pemimpin.
Setahu saya, partai politik terbentuk karena kesamaan visi dan misi, sehinga visi dan misi tersebut dapat diperjuangkan melalui partai politik tersebut. Apakah karena suatu kepentingan tertentu, visi dan misi didalam organisasi juga berubah cepat.
Inikah kedewasaan para pemimpin partai politik kita, yang tidak puas dengan satu partai lantas meninggalkan partai tersebut. Bagaimana pemimpin-pemimpin bangsa ini nantinya akan dewasa secara politik untuk demokrasi jika partai politik yang dipercaya bangsa ini sebagai penyeleksi para pemimpin yang layak untuk memimpin bangsa ini saja tidak dapat menjalankan peranya sebagai mesin demokrasi tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya...
Mungkin, sampai kapan pun kita tidak akan dewasa secara politik jika orang-orang dipartai politik sendiri tidak dewasa didalam memainkan peranannya didalam partai politik.
Comments
Post a Comment