Akhir-akhir ini menjadi perkara yang sangat sulit kala di perhadapkan dengan pertemanan yang sekian lama di rajut hancur oleh suatu situasi yang membuat kepercayaan-kepercayaan yang telah di bangun menjadi runtuh seketika.
Tidak setiap situasi membuat pertemanan menjadi tambah erat, bisa juga menjadi lebih renggang. Bukan masalah bagaimana pertemanan itu dibangun, tapi lebih kedalam spekulasi-spekulasi pikiran yang bermain di angan-angan sehingga trust building yang telah di bangun bisa bertahan, bertambah atau mungkin runtuh.
Akhirnya segala kuputusan dan tindakan berdasarkan pada suka atau tidak suka (like and dislike). Tidak lagi objectif perseption yang terbangun, melainkan atas dasar "gue suka ama loe" (subjectif perseption). Hal ini yang membuat batas profesionalisme menjadi kabur dan cenderung bias.
Tidak semua keputusan dapat memuaskan semua orang, dan memang cenderung unsur keadilan terkadang tidak menjadi bobot. Hal ini juga tidak lepas dari view point perseption dari masing-masing subjek.
Menjadi bijaksana juga tidak lepas dari tuntutan integritas. Tapi sejauh mana integritas tersebut bisa di pertahankan dengan batas tolerasi objectif atau subjectif dapat dilihat.
Tantangan dari pembangunan karakter dan manajemen resiko menjadi momok yang memang harus dihadapi didalam hubungan pertemanan.
Segala yang dibangun indah pada awalnya, belum tentu berakhir dengan indah. Proses akan terus berlanjut selama objek-objek yang ada berinteraksi, dan selalu dinamis hasil akhir dari sebuah proses. Siapa yang tau akhir dari proses?? Nobody...
Tidak setiap situasi membuat pertemanan menjadi tambah erat, bisa juga menjadi lebih renggang. Bukan masalah bagaimana pertemanan itu dibangun, tapi lebih kedalam spekulasi-spekulasi pikiran yang bermain di angan-angan sehingga trust building yang telah di bangun bisa bertahan, bertambah atau mungkin runtuh.
Akhirnya segala kuputusan dan tindakan berdasarkan pada suka atau tidak suka (like and dislike). Tidak lagi objectif perseption yang terbangun, melainkan atas dasar "gue suka ama loe" (subjectif perseption). Hal ini yang membuat batas profesionalisme menjadi kabur dan cenderung bias.
Tidak semua keputusan dapat memuaskan semua orang, dan memang cenderung unsur keadilan terkadang tidak menjadi bobot. Hal ini juga tidak lepas dari view point perseption dari masing-masing subjek.
Menjadi bijaksana juga tidak lepas dari tuntutan integritas. Tapi sejauh mana integritas tersebut bisa di pertahankan dengan batas tolerasi objectif atau subjectif dapat dilihat.
Tantangan dari pembangunan karakter dan manajemen resiko menjadi momok yang memang harus dihadapi didalam hubungan pertemanan.
Segala yang dibangun indah pada awalnya, belum tentu berakhir dengan indah. Proses akan terus berlanjut selama objek-objek yang ada berinteraksi, dan selalu dinamis hasil akhir dari sebuah proses. Siapa yang tau akhir dari proses?? Nobody...
Comments
Post a Comment