Skip to main content

Berjanji lakukan Program Lingkungan Hidup




ASIA
Pasifik Interfaith Youth Camp diakhiri Rabu (30/7) malam di Ballroom Hotel Hyatt. Kemah pemuda antarbangsa di Asia Pasifik itu menghasilkan sebuah deklarasi. Isinya bakal disebarluaskan setelah peserta dari 11 negara tersebut kembali ke negara masing-masing.

Deklarasi itu dibacakan Harry Newton, delegasi New Zealand. Isinya, antara lain, agama punya peran penting mengatur manusia berinteraksi dengan alam. Selain itu, deklarasi tersebut memuat sejumlah rekomendasi yang harus dilakukan peserta di negara asal.

Rekomendasi itu, antara lain, peningkatan pendidikan lingkungan, pembentukan jaringan peduli lingkungan, serta komitmen sebagai pelopor peduli lingkungan. ''Kami benar-benar puas atas adanya deklarasi ini. Karena itu, pada 2010, kami mengadakan camp seperti ini lagi,'' ujar M. Zamroni, presiden Klub Tunas Hijau, LSM lingkungan yang memelopori camp tersebut.

Camp itu memang hasil kerja sama Deplu, Pemkot Surabaya, serta LSM Tunas Hijau. ''Semua saling bagi-bagi. Misalnya, dana penutupan di hotel ini dari wali kota,'' jelasnya.

Meski dikatakan berhasil, panitia selalu mengevaluasi setiap sesi acara, terutama untuk referensi panitia camp selanjutnya pada 2010. ''Untuk 2010, kami rencanakan pesertanya berusia 15-18 tahun. Kami ingin semua peserta adalah generasi muda,'' ungkapnya sembari menyantap makam malam.

Sebagian peserta camp pun turut menyumbang saran. Terutama soal minimnya pembicara dari kalangan ahli lingkungan. ''Kehadiran ahli lingkungan sangat membantu menerjemahkan apa yang dikatakan agama tentang lingkungan,'' kata Abhiram Singh yang mewakili umat Hindu Indonesia dalam camp tersebut.

Harry Newton, pembaca deklarasi, mengungkapkan hal serupa. Menurut dia, dalam camp itu tidak ada pembahasan isu lingkungan baru yang dia dapatkan. Namun, dia tetap mendapatkan hal positif, terutama bisa mengenal budaya dan agama di Indonesia.

Selain pembacaan deklarasi, dalam penutupan kemarin disajikan beberapa tari-tarian khas negara-negara asal peserta camp. Misalnya, dari Thailand dan Indonesia. (pra/dos)


sumber : http://versipdf.jawapos.co.id/index.php?detail=mt_det&file_det=00241260

Comments

Popular posts from this blog

Why Dog Never Lie About Love...???

Sunggu aneh rangkaian judul yg akan saya tulis kali ini. Mungkin rangkaian kata "Dog never lie about love" hanya bisa dimengerti oleh mereka yang pernah mempunyai anjing. Saya agak sedikit hati-hati didalam memakai kata-kata peliharaan. Bagi banyak orang, anjing bukanlah seekor peliharaan seperti memelihara hewan lainnya. Ada yang menganggapnya sebagai teman atau sahabat. Dan bahkan banyak film yang mengisahkan pertemanan seekor anjing dan pemiliknya, seperti "Air Bud", 101 dalmatians, dan masih banyak lagi. Begitu akrabnya pertemanan anjing dan tuannya, sehingga tidak jarang didalam film tersebut sang tuan tidak rela ketika kehilangan anjing kesayangannya. Dog never lie about love merupakan sebuah judul buku yang dikarang oleh Jeffry Moussaieff Mason. Penulis mencoba mengerti dan menganalisis prilaku anjing. Jeffry Moussaieff Mason berkata, " We love dogs because they love us, unconditionally. No matter how we treat them, what we do to them, how little attent

I Know Who Holds Tomorrow...

Tak ku tahu 'kan hari esok, namun langkahku tegap. Bukan surya kuharapkan,kar'na surya 'kan lenyap. O tiada 'ku gelisah,akan masa menjelang; ku berjalan serta Yesus.Maka hatiku tenang. Refrein: Banyak hal tak kufahami,dalam masa menjelang. Tapi t'rang bagiku ini,Tangan Tuhan yang pegang. Sebuah lirik yg dilantunkan pada upacara pemakaman yg beberapa waktu lalu ku hadiri. Perenungan didalam diri, ketika kematian adalah akhir kehidupan di bumi. Mengingatkan manusia, bahwa banyak hal sebenarnya yg tidak kita ketahui. Namun, kita berusaha utk mencoba mengetahui. Banyak hal yg tidak dapat kita lakukan sendiri. Namun, kita mencoba melakukan nya sendiri. Kita di bayang-bayangi oleh ruang dimensi yg lalu dan yg akan datang. Namun yg nyata adalah sekarang. Dan yg pasti adalah sekarang menjadi "yg lalu". Trus, dimanakah "yg akan datang" dapat kita ketahui dengan pasti. Mencoba mengetahui dengan kapasitas seorang manusia yg hanya mampu menjalani satuan wakt

Mencoba Berfikir dari Pertanyaan dan Pernyataan...

Sebuah rasa yg pernah hinggap di pikiran dan rasa.... Apakah selamanya semua penjara selalu terasa gelap dan hampa? Didalam kegelapan, setiap org yg bisa melihat pun tidak dapat melihat... Apakah harapan didalam kegelapan hanya timbul dari suatu berkas cahaya... Dari mana datangnya berkas cahaya itu ketikan kegelapan sebagai suatu penjara? Apakah waktu akan berbicara utk menyelesaikan semua itu? Seakan waktu adalah sebagai suatu takdir yg tidak ada suatu pilihan didalamnya, sehingga tidak ada harmoni yg dapat kita mainkan didalamnya...